Jumat, 23 Maret 2012

THE HELP (2011)


Cast : Viola Davis, Emma Stone, Octavia Spencer, Bryce Dallas Howard, Jessica Chastain

Director :Tate Taylor


            Setelah 12 menit yang menggetarkan dunia didalam Doubt (2008), rasa-rasanya hanya masalah waktu untuk menunggu seorang  Viola Davis  muncul lagi di jajaran nominasi oscar, dan akhirnya setelah 3 tahun berlalu, namanya akhirnya kembali muncul  sebagai nominasi aktris terbaik dalam film THE HELP, film yang diadaptasi dari buku berjudul sama karangan Kathryn Stockett yang bercerita tentang kehidupan para pembantu berkulit hitam di tahun 1960-an.Sayang Viola Davis tidak dipilih oleh para juri dan uniknya dikalahkan oleh lawan mainnya di dalam film Doubt dulu, Meryl Streep yang tampil total (seperti biasanya) dalam The Iron Lady.
            Aibileen Clark (bagus ya namanya-Viola Davis) adalah seorang diantara banyak wanita yang terlahir berkulit hitam yang harus menjalani takdir nya sebagai seorang pengurus rumah tangga dari keluarga Elizabeth (Ahna O’Reily).Minny Jackson (Octavia Spencer) adalah teman karibnya yang baru saja dipecat oleh majikannya Hilly (Bryce Howard) karena nekat menggunakan toilet milik Hilly.Rasa sakit hatinya kepada Hilly dilampiaskannya dengan melakukan pembalasan “sinting” yang membekas sampai selama-lamanya bagi Hilly.Karena peran dari Hilly lah Minny kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan kembali sampai akhirnya Celia Foote ( Jessica Chastain) mau menggunakan jasanya agar dapat membantunya menjadi seorang  ibu rumah tangga yang baik dimata suaminya.
            Kehidupan para pembantu tersebut kemudian pelan-pelan berubah ketika Eugenia “Skeeter” Phelan ( Emma Stone ) kembali ke kampung halamannya.Skeeter yang awalnya menjadi seorang penulis kebersihan rumah tangga disebuah koran lokal, kemudian tertarik untuk mengangkat kisah kehidupan para pembantu rumah tangga untuk kemudian dijadikan sebuah buku.Dari awal wawancaranya dengan Aibileen dan Minny (yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi ), pelan-pelan Skeeter mulai menuangkan suka-duka hidup para The Help ditengah perlakuan rasisme yang sangat kuat .
Ketika ending credit bergulir, ada rasa haru bercampur lega ketika melihat Aibileen berjalan menapaki kehidupannya yang baru.Lama sekali semenjak Crash (2005) ada sebuah film tentang rasisme yang bisa disampaikan dengan begitu alami dan apa adanya.The Help tidaklah sekelam dan sedepresi Crash, bila Crash adalah sebuah kisah fiksi yang terjadi di masyarakat modern, The Help adalah sebuah potret nyata kehidupan yang benar-benar terjadi di masa lampau, dan satu perbedaan lagi adalah bahwa The help menyampaikan nya dengan ringan sehingga gampang untuk di cerna oleh para penonton, dimana pesan-pesan moralnya jelas terpampang dilayar sehingga penonton tidak perlu lagi banyak “mengunyah” untuk mengerti apa yang ingin disampaikan oleh Film ini.
            The Help menceritakan (dan juga mengingatkan) bagaimana kuatnya rasisme mencengkeram kehidupan para wanita berkulit hitam saat itu, saat  terjepit ditengah kondisi ekonomi yang buruk, kehidupan perkawinan yang terkadang penuh kekerasan, dan perlakuan majikan yang (sepertinya) tidak manusiawi, mereka harus menerima segala sesuatunya dengan sikap pasrah tanpa perlawanan.
Namun walau menunjukkan perlakuan semena-mena dari para kaum kulit putih, The Help tidak terjebak dalam stereotype soal kisah perjuangan melawan penindasan , Tate Taylor juga memberikan porsi yang seimbang dengan menampikan karakter majikan-majikan lain yang juga punya hati yang tulus dalam menyikapi warna kulit ( terutama pada karakter Celia ) dan memperlakukan pembantu mereka dalam konteks hubungan kerja dibungkus rasa kekeluargaan dan justru melindungi mereka ketika orang lain mengganggu.Dan ditengah-tengah karakter-karakter tersebut juga tersirat  bahwa tidak semua majikan yang bertindak semena-mena karena keinginan mereka sendiri, namun terkadang hanya untuk mengikuti kehendak komunitas mereka hanya agar tidak dikucilkan, yang sayangnya membuat mereka harus mengorbankan kata hati mereka sendiri.
Keseimbangan porsi itu lah yang membuat kisah film ini menjadi menyentuh, ketika disatu sisi kita dibuat geram akan perlakuan semena-mena, disatu sisi lain kita juga dibuat terharu dengan adanya rasa tulus antara hubungan majikan dengan para The help mereka.
Kisah dari seorang penulis yang mencoba untuk mengangkat realita dan menyelamatkan kaum marginal bukanlah barang baru, ketika menonton, kita pun sudah bisa menebak-nebak kearah mana kisah ini akan berakhir, namun yang membuat kisah ini tetap menarik untuk diikuti sampai akhir adalah karena semua (ya semua)  karakter disini diperankan dengan sangat ekspresif oleh jajaran Cast nya.Mungkin hanya Emma Stone yang sedikit lemah diantara yang lain, tapi bukan berarti buruk, let say that she is worse from the best.
            Viola Davis seperti menguasai layar setiap kali dirinya muncul (mungkin karena perawakan dan matanya yang besar :D), pesan seorang ibu yang sedih  karena kehilangan anaknya yang masih muda dan membuatnya ingin meneriakkan kefrustasian nya kepada dunia namun harus diam dalam kesehariannya membesarkan anak yang bukan anaknya sendiri disampaikan dengan jelas.
Octavia Spencer berhasil menampilkan karakter sebagai seorang wanita yang punya sifat yang sebenarnya ceria , namun harus terdiam karena dihantam oleh kasus pemecatan yang berujung kekerasan dalam rumah tangganya yang membuatnya tidak punya banyak pilihan lagi untuk menyambung hidupnya, yang membuatnya diganjar oleh piala Oscar sebagai aktris pembantu terbaik.
Bryce Dallas Howard  benar-benar sukses membuat saya ( dan rasanya semua penonton ) sebal setengah mati dan ingin mencekik lehernya karena jahat dan dominannya perannya sebagai penindas para pembantu.Dan sebagai Scene Stealer, semuanya setuju kalau Jessica Chastain dengan komikalannya menjadi sangat dicintai oleh penonton.
Emma Stone ? ,seperti yang dikatakan, memang tidak sehebat yang lainnya, tapi tetap diatas rata-rata, sebagai benang merah yang menghubungkan semua karakter diatas, Emma tetap melakukannya dengan cara yang berkelas, dan pesan sebagai seorang karakter wanita modern yang menolak untuk mengikuti pakem wanita lain yang sebaya dengan nya untuk hidup mengikuti kata hatinya tetap bisa tersampaikan.
Dan sebagai bonus yang menyenangkan adalah, walau topik rasisme adalah topik serius, Tate Taylor menyempatkan diri untuk menyelipkan beberapa adegan yang lucu untuk mengendorkan urat syaraf dan juga tak lupa untuk  memberikan beberapa pesan-pesan kecil soal kehidupan didalam beberapa adegan-adegan nan mengharukan.
Ketika selesai menonton saya baru sadar bahwa film ini mengingatkan saya pada The Shawshank Redemption, bukan dari segi cerita, namun dari sisi Cast, bila The Shawshank hampir semua pemainnya adalah pria, sedang The Help justru kebalikannya, hampir semua pemainnya adalah wanita.Dan kedua film ini juga menurut saya sama-sama memberikan inspirasi yang kuat.

Overall : The Help bagi saya adalah sebuah perjalanan mengharukan yang menceritakan bagaimana “mereka” yang terdiam ditengah penindasan akhirnya membisikkan apa yang menjadi jeritan didalam hati mereka, dan ketika bisikan itu berada di telinga yang tepat, bisikan itu merubah hidup mereka selamanya.

2 komentar:

MRPBlog from Fanboy mengatakan...

Wih, ada Emma Stone dan Bryce Dallas Howard, dua2nya si Gwen Stacy nich, haha...


Bro, tukeran link yuk, gw udah pasang link bro ya di Blog gw...

http://moviereviewandpreview.blogspot.com/

novry mengatakan...

Yo . i...

sama-sama cantik yak..wkwkwk

okey2..salam kenal juga ya

link langsung naik layar :d